Rabu, 27 Juni 2012


SONG REVIEW
MOOVALYA - TO THE THRONE


Melodic Punk yang Khas dari Amerika
oleh Gelar Ending




Woowww..This band is fuckin awesome dude !! yeah Moovalya !! Band yang bergenre Melodic Punk ini berasal dari Phoenix, Arizona, Amerika Serikat ini telah rilis single di Blue Records Label  loh !! let’s give big applause dude !! Moovalya ini personilnya Benjamin Jones - Guitar/Vocals, Sean Stroud - Bass/Vocals, Mitch Hosier – Drums dan terbentuk pada tahun 2009. Salute !! selama karir mereka telah merilis beberapa album, yaitu S/T – 2009, First Degree – 2010, Wasteland – 2011, Moovalya – 2012.
Kalo bicara musik mereka ini saya sih ngedengernya perpaduan antara NOFX, Set Your Goals, Anti-Flag, Strike Anywhere. Nah, jadi yang jelas dari karakter yang berbeda-beda mereka jadiin satu tuh dan kalo kata saya sih emang musik mereka asik banget buat didengerin waktu pagi-pagi sebelum berangkat ngampus, sekolah atau ngantor jadi semangat buat menjalani hari dan menghadapi tantangan, chord-chord dan riff-riff mereka tuh khas banget jadi gak bosen-bosen buat ngedengernya braaayyy !! Nah lirik mereka “To The Throne” ini gak bakal jauh dari tema-tema band yang sejenis Melodic Punk ini, yaitu tentang kehidupan sosial dan kehidupan sehari-hari yang mereka alami dan itu yang membuat lagu ini saya bilang dapat membawa semangat untuk menjalani hidup dan menghadapi segala tantangannya. Yang pasti Moovalya is the fuckin aweseome and insane band dude !! you must download “To The Throne” song  and feel the spirit posed by the song  !!


Jumat, 22 Juni 2012

Kamis, 14 Juni 2012


SONG REVIEW
NonVerbal - Hijaukan Dulu

PESAN PENTING UNTUK KELANGSUNGAN HIDUP
oleh Galih Prasetio





Bumi semakin tua kawan, sementara gedung-gedung tinggi berdiri congkak dengan instrumen kendaraan-kendaraan di sekitarnya memoles chaos yang nyata, semilir angin dan kicau burung di dahan pohon masih adakah tersisa untuk anak-cucu kita jauh di masa depan??

Well, di tengah pertarungan antara modernisasi dan gerakan go green, terlahir sebuah band yang menuntut perbaikan lingkungan dari semua homo sapiens melalui lagu yang ehm adem, hadir bersama angin dan aroma pinus dari bukit selatan, NonVerbal hadir dengan single mereka 'Hijaukan Dulu'.

Dude please, tidak rindukah kalian dengan udara segar yang dibawa hembusan angin dari sela pohon rindang? Riangnya kita bermain dikala hujan tanpa rasa khawatir dari ibu yang takut kita sakit karena hujan asam. Dengan lagu ini NonVerbal membawa utopia kecil mereka dan berusaha membuka mata kita yang lama terhalang gedung-gedung dan tertutup asap kendaraan. Melalui bahasa yang ringan dan sopan, sangat jelas mereka menggambarkan situasi sekarang yang uhh kacau balau, situasi nyata di mana pohon-pohon rindang semakin tersisihkan oleh mall-mall yang menjamur, sejuknya angin lenyap tersapu hembusan hawa panas dari knalpot kendaraan yang hiruk-pikuk berseliweran di mana-mana. Dan, keindahan alam yang mereka idamkan cuma bisa ditemui di bukit selatan yang sayangnya hanya bisa dinikmati sejenak, sebelum mereka 'terpaksa' kembali lagi ke kota yang riot.

Sebuah lagu easy listening ber-sense 'hijau' dan 'sejuk' dengan sentuhan post-rock , mengalun dengan naik turunnya tempo yang teratur dan iringan suara xylophone serta efek-efek unik memberikan aroma indie pada lagu dengan nada-nada simple ini lalu jangan sampai hilang perhatian dari suara vokal yang lo-fi, yang membuat lagu ini cukup menyegarkan telinga.

Walau after-taste nya tidak membuat saya langsung berniat bergabung dengan greenlife atau WWF, namun angin segar yang dibawa lagu ini cukup membuat saya mengangkat dua jempol dan berkata 'Awesome =)

Senin, 11 Juni 2012


Gigs Review
 "SUNDANESE METAL FEST"

KEPO_LISIAN  ......... !
oleh Edi Winanto

Perhatian tertuju pada kimcil-kimcil menggemaskan, pagi menjelang siang 9 Juni 2012  hingar bingar Sundanese Metal Fest ketiga di Gor Pakuan Universitas Padjadjaran Jatinangor. Satu pertanyaan untuk para ladies gigs “Neng nyaho musikna teu pogo grudag-grudug teh?” Mungkin pertanyaan saya meragukan keberadaan mereka atau bahkan mereka harus meragukan keberadaan saya karena bertanya seperti itu, tetapi tanpa mereka-mereka yang cociks dan ucul celalu celamanya setiap gigs akan terasa hampa dan sumpek.

Acara yang diketuai oleh Deni A.k.a Rojer ini dari awal sudah cukup berjalan dengan lancar sejak pagi, band demi band berunjuk ketajaman gigi mereka dengan teriakan hingga distorsi, sekitar tiga puluh band diantaranya Diskusi Ilmiah, Market Side, termasuk band death metal Undergod yang sedang melakukan tour beberapa kabupaten, plus kesenian daerah Kuda lumping sudah tersusun dalam rundown acara. Di dalam dan di luar gedung terlihat gerombolan metalhead berkaos hitam, bercelana loreng bercampur dengan aparat lengkap dengan semacam pentungan maling. meskipun puluhan aparat kepolisian mulai kelaparan, berharap mendapat makan siang dan berbungkus-bungkus rokok sebagai imbalannya. 




Ketika hari mulai sore dan metalhead semakin liar di dalam venue setelah band Rotten Atomy menggeber lagu pertama tiba-tiba soundsystem panggung mati dan semua isi Gor Pakuan pun bengong “Aya naon ieu naha pareum?” Pertanyaan aneh mulai terlontar. Sosok mahluk berseragam terlihat seperti Polisi Militer sedang bernegosiasi dengan kawan kami yang saat itu menjadi ketua pelaksana acara tersebut, ternyata waktu yang di izinkan oleh aparat kepolisian adalah dari pukul 07.00 hingga pukul 15.00 WIB saja, sedangkan hampir pukul 18.00 WIB acara belum selesai dan Undergod sebagai puncak acara pun belum sempat menunjukan batang hidungnya. Ribuan metalhead saat itu terlihat sangat kecewa atas tindakan penghentian acara secara sepihak tersebut, para metalhead meminta acara dilanjutkan, namun apa daya tangan taksampai. Mereka punya kekuasaan sedangkan kami takpunya uang.

Terima kasih teman-teman yang telah mendukung acara Sundanese Metal fest, satu kata untuk aparat kepo_lisian ………. #Kalian pasti tau apa isi dalam titik-titik tersebut  

Jumat, 08 Juni 2012

SONG REVIEW

Krack - Land Of Misery
oleh Gelar Ending


PERPADUAN GAHAR DARI PARA ORANG TUA







RAAAAAWWWWWRRRRR…. Edan pisan lah buat band ini. Mungkin ini single kedua mereka setelah “Infection” njirrrr, apalan nyak urang beroo… Enya lah secara gue kan pens-na Krack, apalagi sama bassist-nya foto bareng teh belum kesampaian nepi ayeuna..xixixixixixiixi.
STTTOOOPPP !!!! basa-basinya bray. Oke balik lagi ke si Krack  ini, ngebahas apa dulu yah?? Lirik heula weh nyak. Liriknya si Krack ini teh kalo saya bilang udah keren pisan lah, di single yang saya bahas ini, judulnya “Land of Misery” kalo yang saya tangkep dari lirik yang mereka tulis sih, nyeritain tentang “rasa muak mereka tentang bumi ini yang isinya dikuasai oleh kekerasan, kekerasan dan hanya kekerasan, kenapa sesama manusia saling melakukan kekerasan?? apa beda kita sebagai manusia dengan binatang jika harus segala sesuatunya dengan kekerasan??” Yuuppzzz…saya setuju sekali dengan pernyataan mereka yang seperti itu. Semakin maju peradaban manusia, semakin terbelakang moral manusia (sok tau pisan nyak urang :p). dan jujur selama ini jarang band Deathcore khususna mah di Bogor yang liriknya membahas tentang kehidupan sosial, nu dibahas teh paeh deui paeh deui, geus puguh aing teh hirup kenehnya..hehehehehehe monoton pisan lah lirik yang serem-serem wae, geus puguh beungeut maraneh teh sarerem :p .
Lanjut akh kita ngomongin musikalitas mereka (siga nu apal kord weh musikalitas sagala :p). Band yang satu ini isinya para orang tua di scene musik tarik di Bogor, yaitu Alfis pada vokal, Firdi pada gitar, Fahmy pada gitar, Vino pada bass dan Fahmi additional drummer. Yah jadi wajar kalo musikalitasnya tidak diragukan lagi. Pada intro kita akan disuguhi kord-kord dan riff gitar ala Suicide Silence tapi pada album “Uncleansing” loh, soalnya album barunya Suicide Silence  sekarang musiknya gak kaya dulu lagi, pendewasaan meureun (sok tau deui tah :p) kalo kita dengerin lagu ini secara keseluruhan lagu ini perkawinan antara Suicide Silence, Whitechapel dan The Red Shore tapi The Red Shore-nya pada album “Unconsecrated” sama “Lost Verses” loh soalnya musik pada album barunya lebih ke technical ceuk aing mah. Saya juga suka sama sound gitarnya kaya The Red Shore berat-berat gimana gituh… nah kalo vokal vokalna mah ulah ditanya deui lah SAAANGGAARR pisan beroo !!! udah gituh yang bikin saya gak bosen-bosen dengerin lagu ini teh alunan melodi solo gitarnya jadi membawa kita membayangkan suasana seperti apa sih “Land of Misery” teh. Yang pasti mah kalian gak bakal berhenti buat HEADBANG nepi ka sirah maraneh coplok mah !!



SONG REVIEW

Lost from Avenue - Get Out
oleh Gelar Ending

SCREAMO OLDSCHOOL YANG UNIK

 


Ketika pertama melihat judulnya yaitu, “Get Out” udah terbayang di pikiran saya kalo liriknya pasti banyak menceritakan tentang kekecewaan kepada pasangan, ceuk bahasa gaulna mah eta the disebut “galau”, yah mungkin roots-nya genre Screamo ini memang sudah begitu adanya.
Secara musikalitas band yang digawangi oleh Aldatia dwi destian (alda)  pada vocal disini atau saya sebut saja Clean Voice, Raden Muhammad indra ridmawan (denz) pada vocal & gitar, Fajar shiddiq kamaluddin (fajar) pada bass, Surya suharyadi (surya) pada drum, sudah lumayan dapat memuaskan telinga saya dalam genre Screamo ini, yah karena saya mah “jablay” sagala musik asup lah :D, tapi jujur intro mereka pada lagu ini teh “unik” karena saya tidak biasa mendengar kord-kord yang seperti itu pada musik-musik Screamo dan saya suka ketika vocal clean voice-nya mulai bernyanyi, jadi membayangkan suaranya aja manis komo nu nyanyina meureun..he..he..he .  Yuppzzz..terlepas dari hal-hal tadi telinga saya cukup suka mendengarkan musik band ini karena gak pake nada tulilit-tulilit dan saya bilang sih Screamo-nya teh Screamo oldschool jadi gak lieur  dengernya kalo gak pake instrument yang bunyinya tulilit-tulilit mah.
Pokoknya mah rekomendasi saya klo mau dengerin lagu ini pasnya kalo pas ujan dan malem-malem lagi sendiri, pas pisan denger lagu ini bikin kita mikir “Jangan Mau Diperbudak Cinta” :D.


Senin, 04 Juni 2012


Gigs Review

DIONANIKAN OLEH BANE
Oleh Raden Muhammad Suryo Kusumo








16 Juni 2012, Rossi Music Fatmawati dengan lokasi venue yang berpindah ke lantai paling dasar, mengalami sebuah keguncangan. Gempa? Bom? Bukan. Distorsi? YA!  Distorsi yang mengguncangkan Rossi Music pada malam itu berasal dari 4 band Hardcore lokal yang sudah tidak asing di skena Hardcore Indonesia, sebut saja No Request, A Thousand Punches, Lost sight, dan Brave Heart. Mereka, serta penggerak skena hardcore lokal, atau yang notabene disebut “hardcore kids” berkumpul di malam itu tentu karena suatu alasan. Dan alasan mereka berani mengguncangkan Rossi Music adalah, karena sebuah band yang sedang dalam “Southeast Asia Tour 2012”, yaitu BANE.
Yap, band asal Amerika Serikat tersebut datang kembali ke Indonesia untuk yang kedua kalinya, setelah gigs pertama mereka disini tahun 2010 yang bertempat di Masberto CafĂ© Jakarta. Setelah berkunjung ke Jepang, mereka mampir ke Jakarta dan Bandung di tanggal 16 – 17 Mei 2012. Rasa penasaran dan Excitement yang mereka rasakan disini yang mungkin jadi alasan bagi mereka untuk kembali ke Indonesia.
Gigs  ini ternyata benar-benar diadakan di Indonesia, karena acara ngaret sejam dari jadwal yang seharusnya di mulai jam 7, walopun sebenarnya Aaron Bedard (vocalist) sudah stand by di venue untuk berjualan merch dari maghrib. Molornya acara disebabkan karena tiket yang telat datang, dan harus di fotocopy dulu (ya, cukup D.I.Y). Namun, ternyata dengan tiket seharga Rp 40.000 (presale) dan 50.000 (on the spot) sudah termasuk satu CD dari No Request, yang baru saja rilis album. Tiket yang ditunggu – tunggu pun datang, kami yang menunggu sambil melihat merch-merch jualan yang cukup menggiurkan sambil berfoto ria dengan Aaron Bedard akhirnya bisa masuk kedalam venue tepat pukul 8 malam.
Perhelatan yang di gelar oleh TRUESIDE ini dibuka oleh No Request, band yang baru saja merilis album. Suasana belum terlalu memanas pada saat itu, jelas, karena venue masih terhitung sepi pengunjung. Meski sudah terlihat beberapa orang sudah ber-pogo, atmosfir gigs Hardcore belum terasa. Seusai membawakan 3 lagu, No Request mengakhiri aksi mereka di lagu ke-4, dan cukup berhasil membuat atmosfir sedikit memanas. Selang 10 menit, band kedua naik panggung, yaitu A Thousand Punches. Berbeda dengan performer sebelumnya, pada saat ini kondisi sudah mulai cukup ramai, namun, tipikal pengunjung gigs lokal, keragu-raguan untuk masuk ke dalam Mosh Pit masih terlihat di mata mereka. A thousand Punches memanfaatkan jatah 15 menit mereka untuk meramaikan acara sepertinya sukses, karena dengan performance yang cukup baik, paling tidak lumayan banyak yang ber-shout dan sing-along. Sekarang giliran Brave Heart untuk menghabiskan jatah 15 menit mereka di atas panggung. Seperi saya duga sebelumnya, kondisi akan mulai pecah ketika band ini naik panggung, karena band ini cukup memegang gigs-gigs hardcore lokal. Situasi venue sudah mulai sesak dan terasa panas sekali, sampai-sampai setengah dari isi venue keluar untuk mengambil nafas ketika band ini selesai. Tidak lama setelah itu, mereka yang keluar masuk lagi ke venue untuk menyaksikan Lost Sight, band yang cukup veteran di ranah skena hardcore Indonesia. Dengan sekitar 5 lagu, atau 6, saya agak kurang memperhatikan karena sibuk memperhatikan Mosh-Pit  dan jumlah orang yang bershout-shoutan, tidak heran kenapa Mosh-pit bisa segila ini, karena ini adalah salah satu dari comeback show Lost Sight yang sudah terhitung tua. Crowd yang tidak ada capeknya sepertinya haus akan distorsi asing. Ya, distorsi asing, distorsi yang berasal dari setruman gitar Caucasians asal Amerika yang sangat mereka nanti-nanti. Ya, tidak salah lagi, mereka menantikan BANE!
Checksound yang agak lama sedikit membuat jengkel, apalagi di hampir setiap pergantian lagu, mereka selalu checksound ulang. Sepenglihatan saya, crowd dari band-band sebelumnya terlihat berbeda. Entah karena mereka sudah capek, atau mungkin yang masuk ke dalam Mosh-Pit  adalah mereka yang memang menantikan Bane. Terlepas dari semua itu, Bane sangat menyatukan mereka yang muda dan tua, karena tanpa batasan umur, mereka semua berbaur menjadi satu. Karena terlalu sibuk melakukan Body Surfing and Slamming saya agak lupa dengan jumlah lagu yang mereka bawakan. Sekitar 8-10 lagu yang mereka bawakan malam itu, diantaranya adalah Some Came Running, Ali Vs Frazier, The Bold And The Beautiful, One life To live, The Young and Restless, Can We Start Again, dan Speechless. Sebelum memulai beberapa lagu, sang Vocalist, Aaron Bedard, yang malam itu bagaikan seorang rockstar rendah hati karena tidak ada habis-habisnya diminta foto bareng, melakukan semacam penjelasan singkat tentang lagu tersebut. Circle Pits, Body Slamming, Surfing, dan Pogo Dancing tidak bisa terelakan, karena crowd sangat liar ketika itu. Menjelang lagu terakhir, penonton agak sedikit kecewa, karena banyak yang menyerukan “ANTE UP! ANTE UP!”, lagu yang memang mereka belum bawakan, tetapi ternyata memang tidak dimainkan sampai terakhir. Ketika lagu terakhir selesai, Drama Encore pun dimulai. Mereka keluar stage, dan dengan yakin menunggu crowd berteriak ”WE WANT MORE, WE WANT MORE” dan masih terdengar teriakan “ANTE UP! ANTE UP!” sehingga akhirnya mereka kembali lagi, dan memainkan encore, dan menutup gigs dengan As The World Turns.
Bagaikan bermasturbasi setelah sekian lama ditahan, rasa puas sangat dirasakan bagi mereka yang melewati gigs mereka yang pertama kali, seperti saya, sehingga terasa seperti istilah mereka yang menonton band favorite mereka sebagai “Naik Haji”. Walaupun acara ngaret, tetapi acara selesai jam 11 malam, molor sejam dari rencana awal dan mereka yang masih bersekolah tidak jadi dimarahi oleh orang tua yang melarang mereka pulang lebih dari jam 12 malam. Overall, gigs Bane yang masuk dalam rangkaian tour South East Asia Tour 2012 yang di motori oleh TRUESIDE Records tergolong sukses, salut!